Selasa, 29 Desember 2009

Aqidah Imam Ghazali

oleh: Khalil Muhyiddin, M.A

al-Imâm Abu Hamid Muhammad ibn Muhammad al-Ghazali (w 505 H), nama yang sangat akrab dengan kita, seorang teolog, sufi besar, seorang yang ahli dalam banyak disiplin ilmu. Dalam kitab karyanya yang sangat agung; Ihya’ Ulumiddin, pada jilid pertama beliau menuliskan bab khusus tentang penjelasan akidah mayoritas umat Islam; akidah Ahlussunnah, yaitu pada bagian Qawa’id al-Aqa’id.
Di antara yang beliau tulis adalah sebagai berikut:





تعالى (أى الله) عن أن يحويه مكان كما تقدس عن أن يحده زمان، بل كان قبل أن خلق الزمان والمكان وهو الآن على ما عليه كان (إحياء علوم الدين، كتاب قواعد العقائد، الفصل الأول ج.1 ص. 108)





“Allah Maha suci dari diliputi oleh tempat, sebagaimana Dia maha suci untuk dibatasi oleh waktu dan zaman. Dia ada tanpa permulaan, tanpa tempat, dan tanpa zaman, dan Dia sekarang (setelah menciptakan tempat dan arah) ada seperti sediakala tanpa tempat dan dan tanpa arah” (Ihya’ ‘Ulumiddin, j. 1, h.108).


Kisah Syaikh Abdul Qadir al-Jailany

oleh: Ust. Khalil Muhyiddin M.A


Cerita berikut ini dikutip oleh para ulama kita, di antaranya; Syaikh Abd al-Wahhab asy-Sya'rani dalam ath-Thabaqat al-Kubra, Syaikh Yusuf Isma'il an-Nabhani dalam Jami' Karamat al-Awliya', Ibn al-Imad al-Hanbali dalam Syadzrat adz-Dzahab Fi Akhbari Man Dzahab, dan lainnya. bahwa suatu ketika Wali Allah yang sangat saleh; Syaikh Abd al-Qadir al-Jilani dalam khalwatnya didatangi Iblis yang menyerupai sinar sangat indah. Iblis berkata: "Wahai Abd al-Qadir, Aku adalah Allah, seluruh kewajiban telah aku gugurkan darimu, dan segala yang haram telah aku halalkan bagimu. Maka berbuatlah sesukamu, karena seluruh dosa-dosamu telah aku ampuni....". Saat itu pula Syaikh Abd al-Qadir manjawab: "Khasi'ta ya Iblis... Khasi'ta ya la'in... (Kurang ajar engkau wajai Iblis.. Kurang ajar engkau wahai makhluk terkutuk..). Iblis kemudian mengaku bahwa dia adalah Iblis, ia berkata: "Wahai Abd al-Qadir, engkau telah mengalahkanku dengan ilmumu, padahal dengan cara ini aku telah menyesatkan 70 orang lebih ahli ibadah...".

Dari kisah nyata ini para ulama kita menuliskan catatan penting, sebagai berikut: